[FF] EXO Planet Era (Chapter 14)

Title : EXO Planet Era [Chapter 14]

Author : Rai Sha

Main Cast : All Member Exo, Wu Yifan (Kris), Lu Han, Huang Zitao

Support Cast : Other Cast

Genre : Fantasy, Brothership, AU

Rating : Parental Guide

Length : Chaptered

Disclaimer : member Exo dan Yifan milik dirinya sendiri. Luhan punya saya #slapped alur dan cerita punya saya semua! Beberapa makhluk imaginary berasal dari otak, sisanya dari mitologi-mitologi yang ada.

WARNING : ini ff GAJE tingkat stadium akhir. Jadi, hati-hati setelah membaca ini perut anda akan merasa mual dan pusing. NO PLAGIAT HERE!

 

LAY POV

Aku akan mati.

Sejak kemarin, entah kenapa aku sering sekali berpikir tentang kematianku. Aku tidak tahu berapa kali otakku membisikkan kata-kata seram ke dalam pikiranku. Mungkin itu firasat karena hidupku memang akan berakhir sepersekian detik lagi.

“LAAAAAAAAAAYYYYYYY!!!”

Aku mendengar teriakan Tao yang memanggil namaku ketika batang pohon yang kupijak patah, sedangkan air pekat danau Lerna sudah menyambut tepat di bawahku. Aku terlempar ke bawah, memejamkan mataku ketika permukaan air menghantam wajahku yang tercebur lebih dahulu. Sesaat, aku merasa seperti waktu bergerak lambat, seolah Tuhan mengijinkanku untuk mengingat kilas balik hidupku selama 23 tahun terakhir untuk yang terakhir kalinya. Masa kecilku yang kuhabiskan dengan bahagia bersama orangtuaku, kematian orangtuaku beberapa tahun silam, kehidupan liarku di Obeline, pertemuanku dengan Kai, berhadapan dengan Kris si Raja Naga, bekerja sama dengan Tao melawan hidra…

Jika aku meninggalkan Tao sekarang, laki-laki itu akan berjuang seorang diri. Tao pasti bisa menghadapi hidra sendirian, kan?

Seolah mendapat kekuatan, aku memutuskan untuk berenang ke permukaan meski aku tahu tentang legenda kurungan danau Lerna. Aku tidak bisa meninggalkan Tao berjuang sendirian. Aku tidak bisa meninggalkan Tao begitu saja. Tapi, semakin aku berenang ke permukaan, semakin dalam juga aku tenggelam. Seperti ada kekuatan magis yang mencegahku untuk naik ke permukaan.

Blub… blub…

Nafasku tercekat. Aku tidak bisa. Aku tidak akan mencapai permukaan walau aku berjuang sampai kekuatanku habis. Aku kehabisan udara dan seluruh tubuhku sudah terlalu lemah untuk kugerakkan.

Aku menatap Tao untuk terakhir kalinya. Melempar senyum sebagai salam perpisahan, walau aku yakin dia tidak dapat melihatku dari atas sana. Permukaan danau Lerna terlihat seperti cermin, tapi aku tak menyangka jika dari dalam sini aku masih bisa melihat keluar permukaan dengan jelas.

Tatapanku jatuh pada pedang perak yang ada di tangannya. Ah, aku lupa. Tao adalah lelaki tangguh. Aku tidak perlu khawatir padanya. Aku yakin dia bisa mengalahkan hidra itu.

Iya kan, Tao?

 

***

 

Aku membuka mataku dan mendapati diriku terbangun di tempat aneh. Maksudku, aku pikir aku akan terbangun di tempat serba putih atau serba hitam, mengingat aku tenggelam di dana Lerna dan hidupku berakhir. Alih-alih, aku malah terbangun di ruang kecil tertutup berdinding batu.

Dengan cepat aku mendudukkan diriku dan mengedarkan pandangan, mencari bajuku yang entah ke mana. Aku sempat melihat dadaku yang telanjang, ada sedikit serbuk perak di sana. Aku segera memakai bajuku begitu kulihat bajuku terlipat rapi di meja kecil samping dipan tempatku sekarang.

Ruangan ini kecil, dan ketika aku bilang tertutup, itu sungguh-sungguh. Tidak ada jendela atau pun lubang udara, yang membuatku agak heran kenapa aku tidak merasa sesak. Jalan keluar satu-satunya hanyalah pintu kayu yang tertutup rapat di samping dipan yang berada di seberangku. Ada seseorang terbaring di sana.

Sambil memakai bajuku, aku mendekati pria itu. Dia terlihat tampan, meski wajahnya sepucat kapas, bibirnya membiru, dan keringat sebesar biji jagung membasahi pelipisnya. Keadaannya terlihat seperti Kai, hanya saja laki-laki ini memiliki perban yang melingkari dadanya.

Jika laki-laki ini terkena racun danau Lerna, tapi kenapa aku merasa baik-baik saja? Bahkan aku yakin sekali aku sempat menelan air danau, dan jika memang ada yang berhasil menyelamatkanku dari tenggelam ke dasar, seharusnya aku tetap akan terkena efek racun. Kecuali, seseorang itu mempunyai penawar racun dan memberikannya ke tubuhkku. Ah, mungkin itu sebabnya kenapa aku terbangun dalam keadaan bertelanjang dada.

“Ah, kau sudah bangun rupanya. Bagaimana keadaanmu?”

Aku menoleh ketika seorang gadis cantik tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. Tubuhnya tinggi, kulit seputih porselen, tulang pipi yang tinggi, rambut hitam yang panjang, dan iris abu-abu yang dalam. Bibir tipis merah mudanya tersenyum ramah padaku.

“Aku baik-baik saja. Apa kau yang sudah menolongku?” tanyaku balik sambil mengikutinya keluar dari ruang kamar menuju ruang kamar menuju ruang tengah yang juga minim perabotan. Dia mempersilahkanku duduk di salah satu kursi di tengah ruangan dengan tangannya.

“Tentu saja aku harus menyelamatkanmu. Kau memiliki takdir besar di pundakmu,” kata gadis itu misterius, meninggalkan tanda tanya besar di benakku. Tapi, untuk sekarang, aku memiliki hal lain yang lebih penting untuk di tanyakan.

“Sejauh yang aku ingat, aku tenggelam ke dasar danau Lerna. Bagaimana mungkin kau bisa menyelamatkanku?”

Kedua sudut bibir gadis itu tertarik ke atas, “Mungkin kau akan lebih paham jika aku memberitahu namaku.” Gadis itu menatapku dalam, yang membuat firasatku mengatakan akan ada suatu kejadian besar setelah ini. “Namaku Abernathy.”

 

***

 

Aku tercekat ketika mendengar nama gadis itu. Abernathy. Benar, itu nama dari mutiara yang disebut Kris sebagai penawar racun dan nama dari putri duyung legenda Danau Lerna. Astaga. Semakin banyak legenda khayalan planetku yang menjadi nyata. Aku tidak tahu apa maksud dari terkuaknya mitos-mitos itu, tapi aku tidak punya firasat bagus tentang ini. Ditambah lagi, Abernathy terlihat misterius. Aku harus menjaga jarak darinya, meski dia telah menyelamatkan nyawaku.

“Apa?”

“Abernathy, nama putri duyung dari legenda danau Lerna,” jelas gadis itu. “Aku bukan hanya sekedar mitos, kau tahu.” Dia memberiku segelas air berwarna keperakan yang kuterima dengan ragu-ragu.

Sejauh yang aku tahu, Abernathy adalah seorang gadis baik hati yang cantik yang telah dikutuk. Dia cantik, itu memang benar. Tapi, aku belum bisa memastikan di pihak manakah dia.

“Minumlah, tubuhmu belum pulih sepenuhnya. Ramuan itu akan memulihkan tubuhmu lebih cepat.” Dia kembali tersenyum manis dan mengambil tempat duduk di hadapanku. “Aku akan menceritakan apa yang kutahu setelah kau menghabiskan ramuan itu,” katanya, melakukan penawaran terhadapku yang jelas-jelas tidak begitu memercayainya.

Aku mendekatkan hidungku ke pinggir gelas, membauinya. Setidaknya pengalamanku hidup di hutan liar membuatku bisa membedakan mana racun mana obat. Oke, percoba percaya saja dulu padanya. Dia bisa berbohong, tapi jika memang aku memiliki takdir besar di pundakku seperti omongannya, aku tidak akan mati semudah itu. Dan lagi, jika dia memang berniat membunuhku, dia tidak akan repot-repot menyelamatkanku.

Setelah kuhabiskan ramuan yang rasanya seperti besi meleleh itu dengan sekali teguk, aku menatap Abernathy. Dia tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit, puas karena aku menuruti keinginannya.

“Baiklah, sesuai janjiku, aku akan menceritakannya. Apa yang ingin kau ketahui pertama-tama, Healer?”

Deg.

Panggilan itu… kenapa tubuhku bergetar ketika dia menyebutku itu? Seolah-olah ada energi yang bergejolak di dalam tubuhku yang ingin memberontak keluar, ingin meledak namun tertahan oleh sesuatu. Aku mencengkram ujung meja, menahan rasa sakit yang menusuk-nusuk jantungku.

Abernathy memiringkan kepalanya. “Kau belum tahu siapa dirimu, ya?”

Aku mendongak, menatapnya tajam. Apa yang diketahui oleh putri duyung dalam cerita yang hanya terpenjara di Danau Lerna? Apa sebenarnya yang terjadi di planetku?

“Tolong ikuti aku, aku akan memberitahumu siapa laki-laki di dalam yang kau lihat itu.”

Sakit itu mereda, seakan teredam kembali dan hanya akan bergejolak ketika ada pemicu. Dengan langkah kaki terpincang, aku berjalan kembali ke kamar tidur. Saat aku sampai, Abernathy telah duduk di sisi ranjang sambil mengamati pemuda tampan itu. Dengan selembar kain putih di tangannya, secara hati-hati dia mengelap keringat biji jagung di pelipis pemuda itu.

“Dia sudah di sini selama satu minggu. Saat itu keadannya sangat parah, kau bahkan tidak bisa membayangkannya. Dadanya terkoyak akibat cakaran besar, kulitnya mengkerut, bola matanya putih. Belum lagi, efek racun danau terhadap tubuhnya. Aku pikir saat itu dia akan mati, aku tidak mungkin bisa menyelamatkannya. Namun, bagaimana pun aku tidak bisa berdiam diri saja dan menunggunya mati. Aku mencoba memberikannya penawar racun, tapi seperti yang kau lihat dadanya masih terluka parah. Penawar bubuk hanya akan menyerap tepat di atas jantung, dan sedangkan aku juga tidak bisa memaksanya bangun untuk meminum langsung racun itu.”

Aku memegang dadaku. Pantas saja ada serbuk perak di atas dadaku tadi.

“Keadaannya tiba-tiba membaik sejak kemarin, tepat sebelum aku menemukanmu di dasar danau. Awalnya aku tidak tahu kenapa keadannya pulih secepat ini secara tiba-tiba dan dia bisa bertahan cukup lama dengan keadannya yang sangat parah, belum lagi racun sudah menyebar luas di tubuhnya. Namun kemudian aku melihatmu, tenggelam tak sadarkan diri. Pemulihan dirimu begitu luar biasa, seakan racun maut tidak memberikan efek besar terhadapmu. Lalu aku teringat satu cerita lama yang diceritakan secara turun-temurun, legenda tentang penyelamat EXO Planet. Legenda para Legends.

“Aku tahu pemuda ini memiliki aura yang berbeda denganku atau dengan para manusia biasa, meski sangat tipis sekali karena nyawanya di ujung tanduk. Dan aku pun melihat aura yang sama padamu, bahkan auramu terasa lebih kuat karena memang kau masih hidup, masih kuat. Dengan semua yang aku ketahui, aku bisa menarik satu kesimpulan masuk akal tentangmu dan tentang pemuda ini.”

Aku mengepalkan kedua tanganku. Perasaan bergejolak itu kembali di dalam diriku. Seakan apa yang dikatakan Abernathy adalah pemicunya, pemicu rasa golakan dalam tubuhku, menjalar si seluruh pembuluh darahku, menggelitik seluruh ujung sarafku, mengorek-ngorek kekuatan yang terkunci di dalam tubuhku.

“Satu-satunya alasan masuk akal kenapa racun tidak menyakitimu terlalu banyak dan kenapa pemuda ini bisa bertahan sekuat ini karena… kalian adalah legenda hidup itu. Kalian adalah para Legends. Dan khusus untukmu, aku bisa memastikan kau adalah Legend Healing.”

Deg.

Deg. Deg.

Deg. Deg. Deg.

Deg. Deg. Deg. Deg. Deg. Deg. Deg. Deg. Deg. Deg.deg. Deg. Deg. Deg. Deg.

Jantungku berdegup luar biasa cepat, sampai aku sendiri tak mampu menopang beban tubuhku. Seluruh tubuhku bergetar. Aku tidak mampu mencerna seluruh ucapan Abernathy. Sekonyong-konyong ada gadis asing memberitahuku bahwa akulah seorang legenda hidup. Legenda yang bahkan sudah dipercaya sebagai mitos di zaman sekarang ini. Aku tidak percaya, tapi semakin aku menolak seluruh perkataan gadis mitos itu, semakin besar pula rasa menggelitik di seluruh tubuhku, seolah memberitahuku bahwa yang diucapkan Abernathy adalah benar.

“Aku tahu ini tidak masuk akal, tapi coba lihat sekelilingmu.”

Kata-kata itu bagaikan palu yang menghantamku, membuka mataku lebih besar akan kenyataan. Abernathy putri duyung kutukan yang terkurung dalam danau. Dia tidak pernah mengatakan bahwa kami berada di luar danau. Aku masih berada di dasar danau, di dalam rumah batu. Ini menjelaskan kenapa rumah ini begitu tertutup, hanya memiliki satu pintu keluar.

“Jika kau mengenal planetmu dengan baik, kau tahu tidak ada hal masuk akal di dalamnya.”

Aku berusaha berdiri setelah berhasil menenangkan saraf-sarafku dan jantungku yang berdegup kencang, meski kedua tanganku masih bergetar. “Kalau begitu… laki-laki ini juga adalah salah seorang Legend?”

Abernathy mengangguk pelan. “Benar. Tapi, kita tidak tahu pasti Legend apakah dia ini.”

Kulangkahkan kaki ke dipan tempatku berbaring tadi. Menerima kenyataan yang begitu besar seperti ini membuatku lelah. Aku sadar selama ini banyak keanehan pada tubuhku, seperti kecepatan berlariku, daya tahan tubuhku, pertahanan diriku, dan para unicorn itu. Setelah aku merenungi semua itu, mencoba memahaminya aku tahu semua hal itu tidak akan terjadi pada manusia biasa.

“Terima takdirmu, Healer. Perlahan tapi pasti, kekuatanmu akan terkuak sedikit demi sedikit.”

 

To Be Continued…

 

 

6 thoughts on “[FF] EXO Planet Era (Chapter 14)

  1. Dheiiviielee October 9, 2017 / 2:07 pm

    Akhir.nya up juga cerita ini,baru buka web ini langsung baca cerita ini…ini cerita terkeren yg pernah ku baca dari semua cerita tentang MV exo MAMA…semangat terus thor…jangan lama” up.nya readers.nya udah pada lari thor karna nunggu cerita ini…Fighting

    • raishaa October 9, 2017 / 7:56 pm

      huwaaaaa aku syok ada yang masih baca ini ff, terharu loh sampe akunya :’) dibilang terkeren pula, aduuh makasih banget yaaa :’)
      iyaaa doakan saja pembuatan ff ini lancar yaaa, makasih banyak atas dukungannyaa ^^ <3<3<3

  2. fernia novita December 11, 2017 / 3:23 pm

    Ciritanya bagus, keren, dan aku penasaran tentang watak para tokohnya, sulit ditebak ini nanti akan bagaimana tapi seru rasa”nya aku ingin selalu membaca ini dan mengkhayal cerita salanjutnya. Masih penuh misteri tentang luhan, tentang sehun, kris dan siapa musuh sebenarnya. Ditunggu lanjutan ceritanya, daebbak is very very fantastic

  3. Icing's Wife March 30, 2018 / 11:19 pm

    Saolohhh…
    Ampe rada lupa ama ni epep…
    Tp serius lho, saya nunggu ampe lumutan…
    Thor, saya jujur nih y, serius deh ini trmsuk epep EXO favorit saya, hbsny keren sihh…
    Sekaligus buat ngobatin rasa kangen ama OT12…
    Apdet y thor, saya penasaran bgt kelanjutanny…
    Apa lg ini bagianny si Bang Icing, laki saya…
    Duhh kepo bgt…
    1 lg thor, maapkan saya y, selama ini dah jd sider terlucknut…
    Ampunkanlah

    • raishaa April 8, 2018 / 3:27 pm

      lah lohh ada yg baca ternyata, reader lama pulak wkwk
      maafkan ya, saya orgnya suka gitu, moody banget kalo nulis ginian 😦
      makasih yah udah baca, padahal lanjutin ini cmn iseng doang kemaren hahaha

Leave a reply to Dheiiviielee Cancel reply